Sejarah Kampung Batik Laweyan
laweyan solo foto by : salaviewhotel
Adalah Riwayat Kampung Kampung batik Solo Laweyan tidak dapat dilepaskan dari tokoh Ki Ageng Enis gitu yaaa . Ki Ageng Enis adalah putra Ki Ageng Sela. Ki Ageng Enis berputra Ki Ageng Pemanahan dan Ki Ageng Pemanahan berputra Sutawijaya atau Mas Ngabehi Loring Pasar atau Senapati pendiri Dalam sejarah Pajang Pemanahan dan Sutawijaya bersama-sama dengan Ki Juru Martani dan Ki Panjawi sangat berjasa kepada Sultan Pajang Hadiwijaya (Jaka Tingkir atau Mas Karebet) sebab dapat membunuh Arya Panangsang musuhnya dari Jipang gitu yaaa. Selanjutnya atas jasa tersebut Sultan Hadiwijaya memberi anugerah tanah Pati kepada Ki Panjawi dan tanah Mataram kepeda Ki Ageng Pamanahan. Sedang kepada Ki Ageng Enis dianugerahi tanah perdikan di Kampung batik Solo Laweyan gitu yaaa. gitu yaaa Karena ketaatan para kawulanya Ki Ageng Enis mendapatkan sebutan Ki Ageng Luwih makamnya di Astana Lawiyan gitu yaaa. gitu yaaa … Istilah Lawiyan berasal dari kata Luwih (sakti) dari Ki Ageng Enis tersebut.
gitu yaaa … Istilah Lawiyan juga kita temukan pada peristiwa pembunuhan Raden Pabelan (Jaka Pabelan atau dalam cerita Ki Gede Sala disebut Kyai Batang). Dia dibunuh karena bermain asmara dengan putri bungsu Sultan yaitu Raden Ayu Sekar Kedaton gitu yaaa . Mayat Jaka Pabelan dibuang di Sungai Lawiyan (Sungai Jenes).
gitu yaaa Selanjutnya nama Lawiyan disebut pula dalam peristiwa pelarian Sunan Paku Buwana II ke Panaraga dalam masa Geger Pacinan (Pemberontakan Tionghoa).Daerah ini dipergunakan sebagai tempat peristirahatan dan persembunyiannya. Sunan mohon berkah di Astana Lawiyan (Makam Ki Ageng Enis) gitu yaaa. Maka Sunan Paku Buwana II juga disebut Sunan Nglawiyan dan ketika mangkat juga dimakamkan di Astana Nglawiyan
Sumber : Wikipedia